Jakarta – Ekonom senior Faisal Basri menyatakan keraguannya terhadap janji politik presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang berkomitmen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen. Menurut Faisal, Prabowo Subianto kemungkinan besar akan mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, yang sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen namun hanya mampu mencapai 5 persen.
Faisal menambahkan bahwa harapan Indonesia untuk menjadi negara maju juga terhambat oleh perlambatan ekonomi global.
Menurut Faisal, salah satu alasan utama mengapa janji politik Prabowo tidak akan tercapai adalah hilangnya fungsi pengawasan oleh lembaga legislatif. Saat ini, Prabowo mulai meniru Jokowi dengan membangun koalisi besar dan meniadakan oposisi.
Faisal menekankan bahwa lemahnya pengawasan terhadap pemerintah akan berdampak pada efektivitas pengelolaan keuangan negara. Pemerintah bisa menggunakan banyak anggaran untuk proyek yang tidak berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan riset yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Indonesia, Faisal menyebutkan bahwa hambatan mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen tampak dari fokus pembangunan yang tidak berorientasi sebagai negara maritim.
Faisal juga menambahkan bahwa Presiden Jokowi hanya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,11 persen dari masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam satu dekade kepemimpinan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa melebihi 5 persen.