Jakarta – Terungkap bahwa TikTok adalah salah satu konsumen terbesar AI Cloud Computing yang dikelola oleh Microsoft.
Bisnis cloud AI milik Microsoft, menurut The Information, sedang menuju pendapatan tahunan sekitar US$1 miliar (Rp16,14 triliun). Microsoft juga berinvestasi miliaran dolar AS untuk membuat OpenAI sebagai cloud eksklusif, serta menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk membangun supercomputer yang menjadi sumber tenaga ChatGPT.
Di satu sisi, sebuah kajian melaporkan bahwa TikTok mungkin tidak memerlukan kapabilitas cloud AI di Microsoft jika mengembangkan Model Bahasa Besar (LLM)-nya sendiri.
Hal tersebut juga merupakan pelanggaran langsung terhadap persyaratan layanan OpenAI, yang menyatakan bahwa keluaran modelnya tidak dapat digunakan ‘untuk mengembangkan model kecerdasan buatan apa pun yang bersaing dengan produk dan layanan kami’. Microsoft, tempat ByteDance membeli akses OpenAI-nya, memiliki kebijakan yang sama.
Setelah laporan tersebut, OpenAI menangguhkan akun ByteDance untuk menyelidiki potensi pelanggaran lisensi pengembangnya. Pada saat itu, ByteDance mengungkapkan bahwa mereka menggunakan teknologi tersebut ‘sampai batas yang sangat terbatas’ untuk membantu membuat model bahasanya sendiri.
Pada Mei, TikTok dikatakan sedang menguji fitur Sorotan Pencarian AI di laman penelusuran. Mengutip The Verge, fitur berbasis AI itu bakal merangkum isi dari berbagai video dan menjadikannya sebagai sorotan. Pada laman fitur sorotan pencarian AI tersebut, TikTok mengungkapkan materinya didukung ChatGPT buatan OpenAI. Sedangkan pada bagian bawah hasil penelusuran AI, TikTok akan menampilkan video yang dianggap relevan oleh sistem algoritma.
AI Smart Search TikTok itu memberikan jawaban ChatGPT atas permintaan pencarian. TikTok pada akhirnya mencoba memanfaatkan beberapa kebiasaan penggunanya – terutama generasi muda – yang telah dikembangkan di aplikasi. Banyak TikToker muda yang memperlakukan TikTok seperti mesin pencari, memilih untuk mencari rekomendasi restoran atau produk di aplikasi daripada menggunakan platform seperti Google Penelusuran.
Dan seperti Google, TikTok kini tampaknya condong ke hasil AI dengan memasukkan konten dari content creator yang teratas. Integrasi ini menunjukkan bagaimana TikTok berusaha untuk tetap relevan dan inovatif dalam menghadapi persaingan di dunia digital yang semakin ketat.