Jakarta – Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro, seorang pawang hujan, mengklaim mampu mengendalikan hujan di beberapa area khusus di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ilham mengungkapkan bahwa ia berhasil mengendalikan hujan dengan menggunakan lima keris dan seribu dupa yang dibawanya dari Banyuwangi.
Ilham menjelaskan bahwa dupa memiliki peran krusial dalam tugasnya mengendalikan curah hujan untuk memperlancar proyek pembangunan di berbagai area IKN. Menurutnya, dupa digunakan sebagai media untuk mereduksi hal-hal gaib dan menyelaraskan alam. Selain dupa, Ilham juga memerlukan media lain untuk mengalihkan cuaca, yaitu sepasang keris khusus serta tiga keris lainnya untuk menangkal pengaruh gaib.
Ilham mengaku mendapat tugas khusus untuk ‘menghalau’ hujan selama 22 hari dari Basuki Hadimulyono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sekaligus Plt Kepala Otorita IKN. Ia menjelaskan bahwa ada area khusus yang harus dia ‘amankan’ dari hujan, termasuk rusun untuk 2.000 ASN dan lokasi menginap untuk seluruh undangan saat peresmian ibu kota baru.
Ilham mengungkapkan bahwa pekerja proyek memiliki deadline penyelesaian hingga 10 Agustus 2024. Namun, intensitas hujan yang tinggi menjadi kendala dan menghambat pembangunan. Selama Ilham berada di sana, cuaca di IKN cenderung panas. Ketika cuaca sudah cukup kondusif, pekerja proyek memintanya untuk sesekali membiarkan hujan turun.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), berkurangnya kejadian hujan di IKN merupakan hasil dari operasi modifikasi cuaca yang dilakukan secara intensif selama 24 jam. Misi operasi ini bertujuan untuk memangkas hujan dan mendukung percepatan pembangunan infrastruktur penunjang di kawasan tersebut, termasuk Istana Kepresidenan, Bandar Udara VVIP IKN, dan Jalan Tol menuju Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, merinci hasil operasi tersebut per periodenya. Pada periode 4-18 Juli, rasio keberhasilan OMC hanya mencapai 70 persen (29 jam hujan dari total 186 jam operasional). Pada periode selanjutnya, yaitu 19 Juli-2 Agustus, rasio keberhasilan mencapai 97 persen (hujan 6 jam dari total 354 jam operasional).
Seto menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca ini dilaksanakan selama 24 jam non-stop dengan tujuan agar potensi hujan di kawasan IKN yang meliputi Kawasan Inti Pusat Pemerintahan, Kawasan Inti, dan Kawasan Penyangga dapat dikurangi. BMKG, sebagai pelaksana OMC, berperan dalam menentukan awan dan titik koordinat untuk penyemaian awan dengan bahan semai NaCl maupun CaO.
Bahan semai tersebut diangkut menggunakan pesawat milik TNI AU dan PT Smart Cakrawala Aviation dan kemudian ditabur secara manual di atas awan target. Penyemaian awan atau cloud seeding dilakukan di awan-awan hujan Cumulus dengan tujuan mempercepat proses hujan agar segera terjadi sebelum memasuki wilayah IKN.
Seto juga mengatakan bahwa saat ini sebagian besar wilayah Indonesia tengah memasuki musim kemarau. Namun, kawasan IKN cukup unik karena merupakan daerah yang mengalami hujan sepanjang tahun, sehingga wilayah IKN normal disebut mengalami kemarau basah. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa berdasarkan data normal curah hujan selama 30 tahun (1991-2020), pola hujan di IKN memiliki karakteristik hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm per bulan yang terjadi sepanjang tahun.