Jakarta – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan lima sektor pasar modal Indonesia yang membagikan dividen terbesar hingga 9 Agustus 2024. Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat, menyatakan bahwa sektor yang paling banyak membagikan dividen adalah sektor finansial atau perbankan.
Samsul Hidayat merinci bahwa sektor finansial telah menebar dividen sebesar total Rp58,24 triliun hingga Agustus 2024. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp50,57 triliun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa sektor finansial terus menjadi andalan dalam pembagian dividen di pasar modal Indonesia.
Pada peringkat kedua, sektor energi telah menabur dividen senilai Rp30,86 triliun per Agustus 2024. Namun, nilai ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp56,2 triliun. Penurunan ini mencerminkan fluktuasi yang terjadi di sektor energi.
Sektor industrial, multisektor, dan holding juga tercatat sebagai salah satu sektor yang royal dalam membagikan dividen. Hingga Agustus 2024, sektor ini telah mendistribusikan dividen sebesar Rp7,83 triliun. Jumlah ini menurun dari tahun lalu yang mencapai Rp11,79 triliun.
Berikutnya, sektor industrial integrated mencatatkan pembagian dividen sebesar Rp7,36 triliun pada tahun 2024. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,88 triliun pada tahun 2023. Peningkatan ini menunjukkan kinerja yang positif dari sektor ini.
Sektor industrial wireless dan telecommunication service juga turut membagikan dividen sebesar Rp3,73 triliun hingga Agustus 2024. Namun, jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp4,20 triliun pada tahun 2023. Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh sektor ini.
Lebih lanjut, Samsul Hidayat menyebutkan bahwa sektor yang paling banyak menerbitkan Efek bersifat utang dan/atau Sukuk Tanpa Penawaran Umum (EBUS) adalah sektor financial atau consumer financing. Sektor ini telah mendistribusikan Rp23,26 triliun pada tahun 2024, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp28,77 triliun pada tahun 2023. Penurunan ini menunjukkan adanya perubahan dalam strategi pembiayaan di sektor ini.