Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa sektor tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi sebesar 0,03 persen secara tahunan (year-on-year) pada triwulan II-2024. Penurunan ini terjadi di tengah pertumbuhan sektor industri lainnya yang justru menunjukkan ekspansi.
Industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki juga mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 1,93 persen. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya produksi alas kaki akibat penutupan sejumlah pabrik. Pabrik-pabrik tersebut terpaksa tutup karena terdampak oleh penurunan permintaan baik dari pasar domestik maupun internasional. Penurunan ini terutama terjadi di Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Yogyakarta.
Sementara itu, industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional, yaitu sebesar 18,52 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai sekitar 18,26 persen. Dengan demikian, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II dengan kontribusi sebesar 0,79 persen.
Di sektor industri pengolahan nonmigas, pertumbuhan mencapai 4,63 persen, sedikit turun dari pertumbuhan pada triwulan I-2024 yang sebesar 4,64 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan domestik dan internasional. Contohnya, industri makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 5,53 persen, didukung oleh peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring dengan momen Idulfitri dan Iduladha.
Industri logam dasar mencatat pertumbuhan sebesar 18,07 persen, didorong oleh peningkatan permintaan luar negeri untuk produk besi dan baja serta konsumsi baja nasional. Selain itu, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga tumbuh sebesar 8,01 persen, sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan internasional.