Jakarta – Pada kuartal II 2024, utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai angka sebesar Rp6.409 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.687 per dolar AS). Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya peningkatan utang sebesar 2,7 persen secara tahunan.
Asisten Gubernur BI, Edwin Haryono, menjelaskan peningkatan ini berasal dari ULN sektor publik maupun swasta. Namun, terjadi kontraksi akibat penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada surat berharga negara (SBN) domestik, seiring dengan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
BI menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu. Selain itu, ULN akan dikelola secara pruden, terukur, oportunistik, dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien serta optimal.
Utang luar negeri menjadi salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). BI menyebutkan bahwa ULN terus dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas, dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan pengelolaannya.
Di satu sisi, ULN swasta pada kuartal ini mencapai US$196,5 miliar, tumbuh 0,3 persen secara tahunan dan diklaim tetap terjaga. Edwin juga menegaskan bahwa ULN Indonesia pada kuartal II 2024 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) yang berada di level 29,9 persen. Selain itu, utang tersebut didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa 85,7 persen dari total keseluruhan.
Peningkatan utang luar negeri Indonesia tentu membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian. Di satu sisi, utang ini dapat digunakan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan sektor produktif lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, peningkatan utang juga menambah beban pembayaran pokok dan bunga utang yang harus ditanggung oleh negara.
Pemerintah harus memastikan bahwa pengelolaan utang dilakukan dengan bijak dan efisien agar tidak menimbulkan risiko yang lebih besar di masa depan. Selain itu, penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor agar Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik.