in ,

Faisal Basri Ungkap Cara BI Bantu Rakyat Dapat Kredit Bunga Murah!

Jakarta – Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri, melontarkan kritik tajam terhadap Bank Indonesia (BI) terkait kesulitan masyarakat dalam mendapatkan akses kredit dengan bunga yang terjangkau. Menurut Faisal, Indonesia saat ini memiliki selisih antara suku bunga dan inflasi yang tertinggi di dunia.

Faisal juga menyoroti perhatian BI yang terlalu terfokus pada digitalisasi, termasuk implementasi QRIS, yang menurutnya mengabaikan masalah mendasar seperti suku bunga kredit. “BI terlalu sibuk mengurus digitalisasi, padahal banyak masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan kredit dengan bunga murah,” ujarnya.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 Juli 2024, suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate tetap berada di level 6,25 persen. Selain itu, suku bunga deposit facility tetap di angka 5,5 persen dan suku bunga lending facility di 7 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan alasan mengapa pihaknya belum menurunkan suku bunga acuan meskipun tingkat inflasi terjaga. Perry menyatakan bahwa BI Rate saat ini ditetapkan sebesar 6,25 persen karena mempertimbangkan kondisi global yang tidak stabil.

Perry menambahkan bahwa inflasi tahun ini dan tahun depan diproyeksikan akan tetap berada dalam target 1,5 persen hingga 3,5 persen.

Kondisi ekonomi global yang tidak stabil menjadi salah satu alasan utama BI mempertahankan suku bunga acuan. Perry menekankan bahwa kebijakan ini diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.