Jakarta – Suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate diprediksi akan mengalami penurunan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Kabar ini menjadi angin segar bagi para pelaku pasar keuangan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam konferensi pers pada Rabu (21/8/2024) menyatakan bahwa perkembangan ini telah menyebabkan penurunan yield obligasi AS dengan tenor 2 tahun dan 10 tahun. Selain itu, dolar AS juga mengalami pelemahan terhadap berbagai mata uang dunia.
“Perkembangan ini kemudian menyebabkan penurunan yield obligasi AS tenor 2 tahun yang juga diikuti dengan penurunan yield obligasi AS tenor 10 tahun, serta pelemahan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia,” jelas Perry Warjiyo.
Dengan penurunan suku bunga acuan AS, dana asing mulai bergerak keluar dari AS dan menuju negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil yang lebih menarik di pasar negara berkembang.
“Berbagai perkembangan tersebut mendorong meningkatnya aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ungkap Perry Warjiyo.
Penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, diharapkan dapat memberikan stabilitas ekonomi yang lebih baik. Masuknya modal asing juga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.