Jakarta – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah mengungkapkan peran masing-masing mitra dalam proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Mitra-mitra tersebut adalah perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor Co., dan perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt.
Presiden Direktur INCO, Febriany Eddy, menyatakan keyakinannya bahwa setiap pihak yang terlibat dalam proyek ini akan membawa nilai tambah yang signifikan. Proyek smelter ini menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan memiliki nilai investasi sebesar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 69,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.554 per US$). Smelter ini direncanakan untuk memproduksi 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Febriany Eddy menjelaskan bahwa PT Vale Indonesia akan berperan sebagai pemasok sumber bijih nikel dari pertambangan yang berkelanjutan. Vale memiliki komitmen untuk memastikan bahwa bijih nikel yang digunakan dalam proyek ini berasal dari sumber yang dikelola dengan baik dan berkelanjutan.
Ford Motor Co. akan berperan dalam aspek pendanaan atau keuangan serta memberikan akses pasar untuk hasil pemrosesan nikel dari smelter ini. Dengan dukungan finansial dan jaringan pasar yang dimiliki Ford, diharapkan proyek ini dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target produksi yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Zhejiang Huayou Cobalt akan menyediakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan digunakan dalam pabrik tersebut. Teknologi HPAL ini dianggap sebagai salah satu teknologi terbaik dalam pengolahan dan pemurnian nikel, yang mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas produk akhir.
Progres pembangunan smelter ini ditargetkan akan mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun 2026. Dengan kerjasama yang solid antara PT Vale Indonesia, Ford Motor Co., dan Zhejiang Huayou Cobalt, diharapkan proyek ini dapat berjalan sesuai rencana dan memberikan kontribusi positif bagi industri nikel di Indonesia.