Jakarta – Penangkapan CEO Telegram, Pavel Durov, di Bandara Le Bourget dekat Paris telah mengguncang dunia, menarik perhatian tokoh-tokoh ternama seperti Elon Musk. CEO Tesla dan SpaceX ini segera menggaungkan tagar #FreePavel di akun X.com miliknya, menunjukkan dukungannya terhadap Durov.
Elon Musk tidak hanya berhenti pada tagar. Ia juga mengkritik keras penangkapan tersebut, menyebutnya sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara. Musk bahkan membagikan ulang sebuah postingan dari akun OSINTdefender, menambahkan komentar yang menyoroti kekhawatirannya tentang masa depan kebebasan berbicara di Eropa.
Durov ditahan di Prancis berdasarkan penyelidikan awal oleh pihak kepolisian. Otoritas Prancis mengklaim bahwa kurangnya moderasi konten di Telegram dan keengganan Durov untuk bekerja sama dengan penegak hukum membuatnya terlibat dalam berbagai kejahatan serius. Tuduhan tersebut mencakup perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penyebaran pornografi anak yang diduga terjadi di platform Telegram.
Telegram telah menjadi sumber informasi penting, terutama di negara-negara dengan tingkat penyensoran informasi yang tinggi seperti Rusia. Namun, Durov dikenal tidak terlalu campur tangan dalam moderasi konten di platform-nya. Akibatnya, banyak misinformasi dan konten berbahaya yang beredar di Telegram. Biasanya, Telegram baru mengambil tindakan moderasi ketika dipaksa oleh pemerintah atau organisasi lainnya.
Durov, yang memiliki kewarganegaraan Rusia dan Prancis, kini menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 20 tahun. Menanggapi penangkapan ini, pihak Telegram telah mengeluarkan pernyataan resmi.
Telegram menegaskan bahwa mereka mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Digital Services Act yang mengatur moderasi pesan sesuai dengan standar industri. Mereka juga memastikan bahwa CEO Telegram, Pavel Durov, tidak memiliki apa pun yang disembunyikan dan sering bepergian ke Eropa.