Jakarta – Hari Selasa, 27 Agustus 2024, mata uang rupiah ditutup melemah 56,5 poin, dengan nilai tukar tercatat pada level 15.495 terhadap dolar Amerika Serikat. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif pada Rabu, 28 Agustus 2024, dengan rentang pergerakan di kisaran 15.420 – 15.520 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan bahwa penguatan dolar AS yang terjadi hari ini dipengaruhi oleh ketegangan di Timur Tengah dan optimisme investor terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Kondisi ini turut memengaruhi pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.
Kemungkinan pemangkasan suku bunga bank sentral AS atau The Fed semakin dekat, yakni pada bulan September. Hal ini terjadi setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan persetujuan terhadap langkah tersebut dalam pidatonya pada Jumat lalu. Pernyataan ini juga sejalan dengan pernyataan Gubernur The Fed San Francisco, Mary Daly, yang mengatakan bahwa pengurangan seperempat poin persentase dalam biaya pinjaman bulan depan mungkin terjadi.
Siklus kenaikan suku bunga agresif The Fed dan ekspektasi seberapa besar kenaikannya juga telah menjadi pendorong besar kekuatan dolar selama dua tahun terakhir. Hal ini telah membuat mata uang lain, termasuk rupiah, tetap tertekan.
Dari sisi internal, rupiah juga terpengaruh oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dari Bank Indonesia yang pada tahun ini ditargetkan berkisar 4,7 sampai dengan 5,5 persen. Angka ini, menurut Ibrahim, tidak beranjak jauh dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2024 yang sebesar 5,05 persen secara tahunan (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) didorong oleh periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.
Guna mencapai target pertumbuhan ekonomi, Ibrahim menilai bahwa pemerintah perlu meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya faktor musiman, seperti hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan pemilu pada semester pertama 2024.