in

Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah, Jadi Sorotan di Tengah Eskalasi Konflik dengan Israel

Beirut – Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menjadi pusat perhatian menyusul meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel. Konflik ini semakin memanas setelah terbunuhnya Komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon, serta Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran.

Menurut laporan dari The Guardian, Hizbullah mengklaim telah menyerang 11 lokasi militer Israel, menembakkan lebih dari 320 roket, dan mengirim drone ke Israel utara pada Minggu (25/8). Tindakan ini merupakan bagian dari “fase pertama” tanggapan Hizbullah terhadap pembunuhan komandan mereka oleh Israel. Pada hari yang sama, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan telah melancarkan serangan di Lebanon yang menewaskan satu orang.

Nasrallah menyatakan bahwa serangan tersebut adalah balasan atas pembunuhan Fuad Shukr. Ia juga menegaskan bahwa jika serangan ini belum cukup, Hizbullah akan melancarkan serangan lebih lanjut di masa mendatang.

Menurut Britannica, Hassan Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960. Ia adalah seorang pejuang dan pemimpin politik Lebanon yang telah memimpin Hizbullah sejak tahun 1992. Nasrallah lahir sebagai anak kesembilan dari sepuluh bersaudara dalam keluarga Syiah di Bourj Hammoud, Distrik Matn. Ia mulai bergabung dengan Hizbullah setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.

Pada tahun 1989, Nasrallah melanjutkan studi agamanya di Qom, Iran. Ia kembali ke Lebanon pada tahun 1991 untuk menggantikan Musawi sebagai pemimpin Hizbullah setelah Musawi terbunuh oleh serangan udara Israel pada tahun berikutnya.

Selama kepemimpinannya, Hizbullah memperoleh roket dengan jangkauan yang lebih jauh, memungkinkan mereka menyerang Israel utara meskipun ada pendudukan Israel di Lebanon selatan. Nasrallah sempat dipuji di Lebanon karena berhasil mengakhiri pendudukan Israel di Lebanon Selatan. Namun, di bawah kepemimpinannya, Hizbullah telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, negara-negara Barat lainnya, dan Uni Eropa.

Nasrallah tinggal di Beirut Selatan bersama istrinya, Fatimah Yasin, yang berasal dari desa Al-Abbasiyah di Lebanon, dan empat anaknya: Muhammad Javed, Zainab, Muhammad Ali, dan Muhammad Mahdi. Pada malam 12 September 1997, empat pejuang Hizbullah tewas dalam serangan Israel di dekat Mlikh. Salah satu korban tewas adalah Muhammad Hadi, putra tertua Nasrallah yang berusia delapan belas tahun. Meski begitu, Nasrallah merasa bangga dengan putranya yang telah menjadi syuhada.

Kebencian Nasrallah terhadap Israel bisa dibilang telah mendarah daging, mengingat banyaknya konflik antara Lebanon dan Israel di masa lalu. Konflik ini terus berlanjut dan menambah ketegangan di kawasan tersebut.