Jakarta – Rencana aksi teror yang menargetkan konser Taylor Swift di Wina pada awal Agustus lalu memang menjadi perhatian serius. Menurut pernyataan Wakil Direktur CIA, David S. Cohen, rencana tersebut bertujuan untuk menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. Informasi ini diperoleh dari otoritas Austria yang berhasil menggagalkan aksi teror tersebut satu malam sebelum konser digelar.
Penangkapan dua simpatisan ISIS pada 7 Agustus 2024 menjadi alasan utama pembatalan konser Taylor Swift di Wina, yang awalnya dijadwalkan berlangsung selama tiga malam dari tanggal 8 hingga 10 Agustus 2024. Pembatalan ini mengecewakan banyak penggemar yang sudah bersiap untuk menghadiri konser tersebut, dengan perkiraan kehadiran setidaknya 100 ribu orang selama tiga hari konser.
Taylor Swift akhirnya berbicara tentang insiden ini setelah menyelesaikan konser lima malam di London, yang merupakan bagian terakhir dari The Eras Tour di Eropa. Dia menyatakan bahwa keputusan untuk tidak melanjutkan konser di Wina diambil demi keselamatan ratusan ribu penggemar, mengutamakan keamanan di tengah ancaman serius tersebut. Keputusan ini diambil untuk melindungi nyaris setengah juta orang yang menghadiri konser lima hari di London setelah insiden di Wina.
Taylor Swift menyebut pelaksanaan konser di London yang dihadiri 90 ribu orang setiap malamnya dan berlangsung secara aman “membawaku kembali ke tempat yang tenang tanpa beban”. Dengan langkah-langkah keamanan yang ketat, konser di London berjalan lancar tanpa insiden, memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penggemar yang hadir.