Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menegaskan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil. Hal ini didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, meskipun di tengah ketidakpastian global yang disebabkan oleh meningkatnya tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi global.
Mahendra menjelaskan bahwa di Eropa, indikator perekonomian masih belum menunjukkan kestabilan. Inflasi yang terus-menerus dan ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral pada September 2024 menjadi faktor utama yang mempengaruhi ketidakpastian tersebut.
Di sisi lain, China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia, juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Mahendra menyebutkan bahwa permintaan yang terpisah (decoupling demand) terus berlanjut, menambah tantangan bagi perekonomian negara tirai bambu tersebut.
Mahendra juga menyoroti meningkatnya tensi geopolitik yang sejalan dengan dinamika politik menjelang pemilu di Amerika Serikat. Selain itu, potensi instabilitas di Timur Tengah dan Rusia akibat berlanjutnya konflik juga menjadi perhatian utama.
Pelemahan permintaan global turut menyebabkan harga komoditas melemah. Namun, Mahendra mencatat bahwa dalam waktu dekat, pasar keuangan di negara-negara berkembang (emerging markets) mayoritas menunjukkan penguatan, terutama di pasar obligasi.