in

Mengapa Bioetanol Bisa Menjadi Alternatif Mobil Listrik? Ini Alasannya!

Jakarta – Pakar Proses Konversi Biomassa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ronny Purwadi, mengungkapkan bahwa kendaraan berbahan bakar bioetanol dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas buang. Menurut Ronny, langkah ini merupakan cara untuk beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT) bagi kendaraan bermotor, sehingga tidak harus selalu beralih ke kendaraan listrik.

Ronny menjelaskan bahwa bioetanol memiliki berbagai manfaat yang signifikan. Selain mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, bioetanol juga mendukung ketahanan energi nasional. Bioetanol, menurut Ronny, dapat memanfaatkan limbah organik dan mendorong perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja baru.

Dalam penelitiannya, Ronny yang sebelumnya terlibat dalam pengembangan BBM diesel jenis biosolar, menemukan bahwa bioetanol dapat dihasilkan dari campuran etanol yang berasal dari tebu, singkong, maupun batang limbah jagung. Dengan demikian, bioetanol tidak hanya memperluas lapangan kerja baru tetapi juga memanfaatkan limbah sebagai sumber campuran bahan bakar fosil.

Saat ini, produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai 34.500 kiloliter per tahun. Angka ini masih jauh dari mencukupi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, Ronny menilai perlu adanya percepatan pengembangan bioetanol untuk memenuhi target bauran energi terbarukan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Saat ini, sudah ada beberapa model mobil yang mampu menggunakan BBM jenis bioetanol, salah satunya adalah Innova Zenix, mobil hybrid besutan Toyota. Mesin pada Innova Zenix diklaim dapat menggunakan bahan bakar campuran etanol tanpa perlu mengubah mesin. Toyota juga telah mengembangkan kendaraan dengan bahan bakar bioetanol baik pada kendaraan berteknologi ICE seperti Fortuner Flexy Fuel Vehicle (FFV), maupun pada kendaraan berteknologi elektrifikasi seperti Kijang Innova Zenix Hybrid FFV.

Bahan bakar etanol sekarang sudah digunakan hampir di seluruh dunia. Banyak negara yang telah mencampur bensin dengan etanol dengan komposisi antara lima hingga sepuluh persen. Hal ini menunjukkan bahwa bioetanol memiliki potensi besar untuk menjadi solusi dalam mengurangi emisi gas buang dan mendukung ketahanan energi nasional.