Jakarta – Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), telah memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps), yang merupakan pemangkasan pertama sejak Maret 2020. Langkah ini diambil dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (18/9). Gubernur The Fed, Jerome Powell, bersama jajaran memutuskan untuk menurunkan suku bunga ke kisaran 4,75 persen hingga 5 persen guna mencegah perlambatan di pasar tenaga kerja AS.
Pemangkasan suku bunga ini berdampak langsung pada penurunan biaya pinjaman atau kredit bagi warga AS, mulai dari hipotek hingga kartu kredit. Namun, di sisi lain, perdagangan saham di Negeri Paman Sam menunjukkan fluktuasi sebagai respons terhadap kebijakan tersebut.
Direktur Pusat Psaros Universitas Georgetown, Reena Aggarwal, memperingatkan bahwa keputusan The Fed ini akan memiliki implikasi global. Ia menyebutkan bahwa efek limpahan dari pemangkasan suku bunga ini akan terasa di berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara berkembang. Aggarwal menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga 50 bps oleh The Fed pasti akan memengaruhi pasar valuta asing, yang pada akhirnya akan menguntungkan dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Jika menilik pergerakan safe haven, harga emas di perdagangan internasional mengalami penurunan pagi ini. Berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange (COMEX), harga emas turun sebesar 0,62 persen menjadi US$2.582,5 per troy ons. Penurunan juga terjadi di pasar spot, di mana harga emas terpantau merosot 0,01 persen ke US$2.558,7 per troy ons pagi ini setelah keputusan The Fed.
Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.335 kemarin. Mata uang Garuda tampak stagnan menantikan keputusan The Fed dalam FOMC, yang akhirnya berujung pada pemotongan suku bunga acuan.