Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat, dalam upaya untuk mempertahankan dukungan AS terhadap Ukraina di tengah ancaman dari Rusia dan Vladimir Putin setelah pemilihan presiden AS pada November mendatang.
Pertemuan yang berlangsung di New York ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa jika Trump memenangkan kursi kepresidenan pada November, dukungan AS terhadap Ukraina mungkin tidak sekuat dukungan yang diberikan oleh Joe Biden dan Kamala Harris.
Meskipun Trump menyatakan bahwa Amerika berkepentingan untuk mengakhiri konflik ini, dia menolak untuk mengatakan apakah menurutnya akan menguntungkan Washington jika Ukraina muncul sebagai pemenang. Dua setengah tahun setelah Putin memerintahkan pasukan Rusia memasuki Ukraina, Zelensky merefleksikan realitas politik saat AS menjelang pemilu, yang menurut jajak pendapat akan berlangsung ketat.
Trump sering mengklaim bahwa ia dapat mengakhiri konflik Rusia-Ukraina dalam waktu “24 jam” jika ia terpilih. Namun, banyak yang khawatir bahwa perjanjian apa pun yang ia awasi akan mengharuskan Kyiv untuk menyerahkan sebagian wilayahnya, meski dibantah Trump.
Berbicara pada Jumat, Trump mengatakan tentang konflik yang telah memakan ribuan korban jiwa: “Ini harus diakhiri. Pada titik tertentu, ini harus berakhir.”
Percakapan Zelensky dengan Trump terjadi sehari setelah dia bertemu dengan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris di Gedung Putih. Ia juga bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya di sela-sela Sidang Umum PBB ke-79 untuk mendesak mereka agar terus memberikan dukungannya.
Biden menyoroti kemampuannya menggalang sekutu Barat untuk melawan Rusia, dengan senjata, uang, dan dukungan politik, sebagai salah satu pembeda antara dirinya dan Trump.
Dalam sebuah wawancara dengan The New Yorker yang diterbitkan awal pekan ini, Zelensky menyiratkan bahwa Trump tidak memahami dan terlalu menyederhanakan konflik tersebut. Pemimpin Ukraina itu mengatakan pasangan Trump, JD Vance, “terlalu radikal” dan menganjurkan agar Ukraina “berkorban” dengan “menyerahkan wilayahnya”.
Sementara itu, Trump menyerang Zelensky dan Ukraina pada dua kesempatan terpisah pada minggu ini. Berbicara pada Rabu di North Carolina, ia menyebut Ukraina “hancur” dan rakyatnya “mati”. Pada Jumat, Trump kemudian memposting di Truth Social bahwa dia mengadakan “pertemuan hebat” dengan Zelensky.