Jakarta – Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini menjelang rilis Indeks Harga Konsumen (IHK). Konsensus memperkirakan akan terjadi deflasi untuk lima bulan berturut-turut, yang menunjukkan daya beli masyarakat masih lemah.
Berdasarkan data Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (1/10/2024) dibuka di Rp15.145/US$, naik 0,06% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Indonesia diperkirakan akan mengalami deflasi untuk bulan kelima berturut-turut pada periode September 2024. Konsensus pasar yang dihimpun dari 12 institusi memperkirakan IHK September 2024 akan turun atau mengalami deflasi sebesar 0,035% secara bulanan.
Sembilan dari 12 instansi memperkirakan secara bulanan masih akan tercatat deflasi yang tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya yang terpantau deflasi 0,03%. Jika hal ini kembali terjadi, maka Indonesia akan mengalami deflasi lima bulan berturut-turut.
Sedangkan IHK secara tahunan diprediksi melemah di bawah level 2% atau tepatnya 1,975%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi Agustus 2024 yang sebesar 2,12%.
Jika IHK kembali mencatat deflasi pada September 2024, maka artinya Indonesia akan membukukan deflasi lima bulan berturut-turut. Sebelumnya, Indonesia juga sudah mencatat deflasi pada Mei (-0,03%), Juni (-0,08%), Juli (-0,18%), dan Agustus (-0,03%).
Deflasi empat bulan berturut-turut secara bulanan tersebut pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan berturut-turut. Jika deflasi berlanjut pada September 2024, maka catatan ini menegaskan kondisi tahun ini memang tidak biasa.
Sebagai catatan, pada 1999 deflasi pernah terjadi dalam delapan bulan berturut-turut yakni pada Maret (-0,18%), April (-0,68%), Mei (-0,28%), Juni (-0,34%), Juli (-1,05%), Agustus (-0,71%), September (-0,91%), dan Oktober (-0,09%).