Jakarta – Musim hujan yang menyelimuti berbagai penjuru Indonesia mengingatkan para pengemudi mobil untuk lebih memperhatikan kondisi kendaraan mereka, terutama ketebalan tapak ban. Ketebalan tapak ban yang menipis dapat meningkatkan risiko terjadinya aquaplaning, sebuah fenomena berbahaya yang dapat mengancam keselamatan berkendara.
Aquaplaning terjadi ketika tapak ban tidak dapat menapak dengan baik pada permukaan jalan akibat adanya lapisan air yang menghalangi. Kondisi ini menyebabkan traksi roda melemah, terutama saat kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi. Semakin cepat kendaraan melaju, semakin besar potensi terjadinya aquaplaning.
Sony Susmana, Direktur Pelatihan Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), menekankan bahwa ada banyak faktor yang dapat menyebabkan aquaplaning dan berujung pada kecelakaan. Untuk menghindari bahaya ini, Sony mengimbau para pengemudi untuk menjaga batas kecepatan saat berkendara di kondisi hujan atau jalanan basah. Kecepatan ideal yang disarankan adalah antara 40 Kpj hingga 50 Kpj.
Jusri Pulubuhu, Direktur Pelatihan Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menggambarkan fenomena aquaplaning seperti batu tipis yang dilempar ke sungai, melayang di atas permukaan air karena kecepatan tinggi. Untuk mengantisipasi hal ini, Jusri menyarankan pengemudi untuk menurunkan kecepatan saat melintasi jalan basah. Jika aquaplaning sudah terjadi, pengemudi harus tetap tenang dan menghindari pengereman mendadak.
Pengereman mendadak justru dapat memperparah kondisi aquaplaning dan membuat kendaraan semakin sulit dikendalikan. Oleh karena itu, Jusri menekankan pentingnya tetap tenang dan mengendalikan kendaraan dengan hati-hati.
Keputusan paling bijak saat menghadapi jalanan basah dan hujan lebat adalah dengan membatasi kecepatan kendaraan. Dengan demikian, risiko aquaplaning dapat diminimalisir, dan keselamatan berkendara tetap terjaga. Para pengemudi diharapkan untuk selalu waspada dan memperhatikan kondisi ban serta kecepatan kendaraan demi keselamatan bersama.