Jakarta – Pada Kamis (3/10), kurs rupiah dibuka pada posisi Rp15.332 per dolar AS, mengalami penurunan sebesar 64 poin atau melemah 0,42 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Fenomena ini tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga mata uang di kawasan Asia lainnya seperti won Korea Selatan, peso Filipina, baht Thailand, dan ringgit Malaysia yang turut mengalami penurunan.
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar keuangan, memprediksi bahwa rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS yang menunjukkan penguatan pada pagi ini. Menurutnya, penguatan dolar AS ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya setelah serangan Iran ke Israel yang semakin memuncak.
Berdasarkan sentimen yang ada, Ariston memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.300 hingga Rp15.330 per dolar AS pada hari ini. Prediksi ini didasarkan pada analisis terhadap kondisi pasar dan faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Ketegangan di Timur Tengah sering kali memberikan dampak signifikan terhadap pasar keuangan global. Konflik yang terjadi dapat mempengaruhi harga minyak dunia dan menimbulkan ketidakpastian di pasar, yang pada akhirnya berdampak pada nilai tukar mata uang, termasuk rupiah.
Dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, pelaku pasar dan investor disarankan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan strategi lindung nilai. Diversifikasi portofolio dan pemantauan kondisi pasar secara berkala dapat menjadi langkah yang bijak untuk meminimalkan risiko.