Jakarta – Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan alasan di balik rendahnya penghasilan pekerja di Indonesia, di mana rata-rata gaji hanya mencapai Rp1,7 juta per bulan. Fenomena ini terutama disebabkan oleh dominasi pekerja di sektor informal yang cenderung memiliki pendapatan lebih rendah dibandingkan sektor formal.
Deputi III KSP Bidang Perekonomian, Edy Priyono, menjelaskan bahwa secara alami, perekonomian suatu negara akan mengalami transformasi. Proses ini biasanya dimulai dari dominasi sektor pertanian, beralih ke sektor industri, dan akhirnya ke sektor jasa. Namun, di Indonesia, dominasi sektor jasa terjadi lebih cepat sebelum sektor industri mencapai kestabilan. Akibatnya, Indonesia mengalami deindustrialisasi dini sejak tahun 2001.
Edy menilai bahwa kondisi ini masih berlanjut dan belum dapat diatasi sepenuhnya oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam satu dekade terakhir. Menurutnya, situasi ini berdampak langsung pada pembukaan lapangan kerja baru di Indonesia. Selama masa kepemimpinan Jokowi, rata-rata hanya tercipta 2 juta lapangan kerja per tahun.
Keterbatasan lapangan kerja formal memaksa banyak orang untuk beralih ke sektor pekerjaan informal. Pekerjaan ini meliputi buruh lepas, pekerja tidak tetap, hingga pekerja keluarga yang tidak dibayar (unpaid family worker). Meskipun banyaknya pekerja informal ini tidak mempengaruhi angka pengangguran nasional secara langsung, Edy menekankan bahwa dominasi sektor informal dapat menjadi masalah dari sisi kesejahteraan masyarakat. Rata-rata pendapatan pekerja informal yang hanya Rp1,7 juta per bulan menjadi salah satu indikator kesejahteraan yang perlu diperhatikan.