Jakarta – Di awal pekan ini, Senin (7/7), harga minyak dunia mengalami penurunan tajam. Berdasarkan laporan dari Reuters, harga minyak Brent merosot 43 sen atau sekitar 0,5 persen, menjadi US$77,62 per barel pada pukul 0015 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat juga turun 35 sen atau 0,5 persen, menjadi US$74,03 per barel.
Para analis menyatakan bahwa penurunan harga minyak ini merupakan bagian dari koreksi setelah sebelumnya mengalami kenaikan yang signifikan. Pada hari Jumat (4/10), harga minyak mencatat kenaikan sebesar 8 persen, yang merupakan lonjakan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun. Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya ancaman konflik di kawasan Timur Tengah.
Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas setelah Israel melancarkan serangan terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon dan Jalur Gaza pada Minggu (6/10). Serangan ini dilakukan menjelang peringatan satu tahun serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023. Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar minyak global, mengingat kawasan tersebut merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia.
Menteri Pertahanan Israel menyatakan bahwa semua opsi terbuka untuk melakukan tindakan balasan terhadap Iran. Pernyataan ini menambah ketegangan geopolitik di kawasan tersebut, yang berpotensi mempengaruhi pasokan minyak global dan menyebabkan fluktuasi harga yang lebih besar.
Ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah dapat berdampak signifikan terhadap pasar minyak global. Pasar minyak sangat sensitif terhadap perkembangan geopolitik, terutama di kawasan yang kaya akan sumber daya energi seperti Timur Tengah. Fluktuasi harga minyak dapat mempengaruhi ekonomi global, mengingat minyak merupakan salah satu komoditas utama yang mempengaruhi biaya produksi dan transportasi di berbagai sektor industri.