Jakarta – Kabar angin berhembus kencang bahwa aplikasi e-commerce asal Tiongkok, Temu, tengah merencanakan langkah strategis untuk mengakuisisi PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Desas-desus ini mencuat setelah beberapa kali upaya Temu untuk menembus pasar Indonesia mendapat penolakan dari pemerintah. Penolakan tersebut didasari oleh kekhawatiran bahwa model bisnis Temu, yang menghubungkan produsen langsung dengan konsumen akhir, dapat mengancam kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
Spekulasi mengenai potensi akuisisi ini semakin menguat dengan asumsi bahwa Temu mungkin akan meniru strategi yang dilakukan oleh platform lain seperti Tiktok dan Tokopedia. Dengan mengakuisisi perusahaan lokal seperti Bukalapak, Temu diharapkan dapat memperoleh izin operasi dari pemerintah Indonesia.
Menanggapi rumor tersebut, dalam keterbukaan informasi pada Rabu (9/10/2024), manajemen Bukalapak menyatakan bahwa mereka tidak memiliki informasi terkait rencana akuisisi oleh Temu. Perseroan menegaskan akan memberikan informasi yang transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika ada informasi yang telah diverifikasi kebenarannya mengenai rencana akuisisi tersebut.
Rumor akuisisi ini berdampak signifikan pada pergerakan saham Bukalapak. Pada 7 Oktober 2024, saham BUKA mengalami lonjakan sebesar 25,22% mencapai level 144. Namun, sehari setelahnya, penguatan tersebut berkurang menjadi 2,08%. Pada 9 Oktober 2024, saham BUKA kembali merosot sebesar 1,36%.
Manajemen Bukalapak menjelaskan bahwa kenaikan harga saham pada 7 Oktober 2024 merupakan reaksi pasar terhadap informasi yang belum terverifikasi mengenai rencana akuisisi. Mereka menegaskan bahwa informasi tersebut tidak pernah dikonfirmasi oleh pihak manajemen.