Jakarta – Pada Rabu (9/10) pagi, kurs rupiah tercatat menguat di level Rp15.630 per dolar AS. Mata uang Garuda ini mengalami kenaikan sebesar 24,5 poin atau naik 0,16 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Penguatan ini menempatkan rupiah di antara mayoritas mata uang Asia lainnya yang juga berada di zona hijau, seperti yen Jepang, baht Thailand, yuan Tiongkok, dolar Singapura, dan won Korea Selatan.
Namun, tidak semua mata uang Asia mengalami penguatan. Peso Filipina dan dolar Hong Kong justru melemah pada pembukaan perdagangan pagi ini. Kondisi ini menunjukkan adanya dinamika yang beragam di pasar mata uang Asia, di mana beberapa mata uang berhasil menguat sementara yang lain mengalami tekanan.
Analis pasar Lukman Leong menyatakan bahwa penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh kembalinya tekanan di pasar. Namun, ia juga mengingatkan bahwa penguatan ini kemungkinan akan terbatas. Hal ini disebabkan oleh sikap hati-hati investor yang masih menunggu hasil dari pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) The Fed. Pertemuan ini dianggap penting karena dapat memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter AS ke depan.
Untuk hari ini, Lukman memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.600 hingga Rp15.700 per dolar AS. Rentang ini mencerminkan ekspektasi pasar yang masih menantikan perkembangan lebih lanjut dari kebijakan moneter global, terutama dari Amerika Serikat.