in ,

Minyak Murah! Apa yang Terjadi di China?

Jakarta – Harga minyak global mengalami penurunan tajam, lebih dari US$1 per barel, mencatat penurunan lebih dari 1,5 persen pada perdagangan awal Senin (14/10). Penurunan ini dipicu oleh data inflasi China yang mengecewakan serta ketidakpastian mengenai rencana stimulus ekonomi dari Beijing, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak global.

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar US$1,26, atau 1,59 persen, menjadi US$77,78 per barel pada pukul 00.20 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar US$1,20, atau 1,59 persen, menjadi US$74,36 per barel.

Berita negatif dari China tampaknya lebih mempengaruhi pasar dibandingkan kekhawatiran atas kemungkinan respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober, yang berpotensi mengganggu produksi minyak. Meskipun demikian, Amerika Serikat telah memperingatkan Israel agar tidak menargetkan infrastruktur energi Iran.

Data resmi dari pemerintah China menunjukkan bahwa tekanan deflasi semakin memburuk pada bulan September. Dalam konferensi pers yang diadakan pada hari yang sama, investor dibuat bertanya-tanya mengenai besaran paket stimulus yang akan diluncurkan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang lesu.

Biro Statistik China melaporkan bahwa indeks harga konsumen hanya naik 0,4 persen, tidak memenuhi ekspektasi pasar. Sementara itu, indeks harga produsen mengalami penurunan pada laju tercepat dalam enam bulan, turun 2,8 persen secara tahunan.

Pada hari Sabtu, Beijing mengumumkan akan meningkatkan penerbitan utang, meskipun tidak mengungkapkan besaran pastinya. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mendukung perekonomian yang sedang lesu.

Sebelumnya, kedua acuan harga minyak sempat ditutup naik 1 persen pada Jumat lalu. Kenaikan ini terjadi karena investor mempertimbangkan kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah serta dampak Badai Milton terhadap permintaan bahan bakar di Florida.

Pada Jumat lalu, Amerika Serikat memperluas sanksi terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan yang dilakukan pada 1 Oktober terhadap Israel. Sanksi ini menargetkan “armada hantu” yang mengangkut pasokan minyak ilegal ke seluruh dunia.

Di pasar Amerika Serikat, perusahaan energi menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam empat minggu terakhir, menurut laporan dari perusahaan jasa energi Baker Hughes. Jumlah rig minyak dan gas, yang menjadi indikator awal produksi di masa mendatang, naik satu menjadi 586 dalam sepekan hingga 11 Oktober.

Dampak Badai Milton mendorong permintaan jangka pendek di AS, karena evakuasi mendukung konsumsi bensin. Namun, permintaan yang lemah tetap mendominasi prospek fundamental pasar minyak.

Perusahaan minyak besar BP melaporkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar US$600 juta pada Jumat lalu. Penurunan ini disebabkan oleh margin penyulingan yang lemah di tengah perlambatan penggunaan minyak global.