Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan atau BI Rate di masa mendatang. Keputusan ini akan didasarkan pada pertimbangan terhadap tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini menunjukkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan global.
Dalam jangka pendek, BI menitikberatkan perhatian pada stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama akibat ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Perry menekankan pentingnya menjaga stabilitas ini untuk melindungi perekonomian Indonesia dari dampak eksternal yang tidak menentu.
Perry juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai 3,2 persen, dengan kecenderungan melambat. Kondisi ini menuntut kebijakan yang adaptif dan responsif dari BI untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan di tengah tantangan global.
Di sisi lain, inflasi global menunjukkan tren penurunan, yang mendorong pelonggaran kebijakan moneter di berbagai negara maju. Di Amerika Serikat, data terbaru memperlihatkan penurunan tingkat pengangguran, yang disamai dengan prospek inflasi yang lebih rendah. Hal ini meningkatkan ekspektasi pasar terhadap penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Perkembangan ini berdampak pada kenaikan yield US Treasury untuk tenor 2 dan 10 tahun, serta penguatan indeks dolar AS (DXY). Kondisi ini menjadi perhatian bagi BI dalam merumuskan kebijakan moneter yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Pada bulan Oktober ini, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024. Suku bunga deposit facility tetap di 5,25 persen, sementara suku bunga lending facility berada di 6,75 persen. Keputusan ini sejalan dengan arah kebijakan moneter yang bertujuan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Menurut Perry, keputusan ini konsisten dengan upaya BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan menjaga inflasi dalam batas yang terkendali, BI berupaya menciptakan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.