Jakarta – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, baru-baru ini menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang berlangsung di Kazan, Rusia. BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, merupakan konsorsium internasional yang menitikberatkan pada isu-isu ekonomi global. Dalam kesempatan ini, Indonesia mengungkapkan hasratnya untuk bergabung dengan aliansi tersebut. Namun, pertanyaan yang mengemuka adalah, apakah BRICS akan menyambut Indonesia sebagai anggota baru?
Di Kazan, Sugiono menyerahkan surat resmi dari Indonesia kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Surat ini menandai langkah awal Indonesia untuk menjadi bagian dari BRICS. Sebagai aliansi informal, BRICS telah menjadi platform penting bagi negara-negara anggotanya untuk membahas dan mengatasi tantangan ekonomi global.
Indonesia dikenal dengan sikap politik luar negeri bebas aktif. Menurut Menlu Sugiono, bergabungnya Indonesia dengan BRICS adalah manifestasi dari sikap tersebut. Indonesia berkomitmen untuk tidak tinggal diam terhadap berbagai kekejaman yang masih terjadi di dunia. Dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia berharap dapat berkontribusi lebih dalam menyelesaikan isu-isu global.
Dalam konteks geopolitik, Rusia, salah satu anggota BRICS, saat ini bersitegang dengan negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Di sisi lain, NATO, aliansi militer Barat, menjadi seteru Rusia dalam politik global. Namun, Indonesia memilih untuk tidak terlibat dalam kubu-kubuan tersebut. Indonesia tetap mendukung Palestina, Lebanon, dan kemajuan negara-negara selatan (global south).
Banyak negara di luar anggota utama BRICS yang tertarik untuk bergabung, termasuk Indonesia. Namun, apakah BRICS akan menerima Indonesia? Jawaban resmi masih harus ditunggu. Sementara itu, beredar informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa Indonesia telah bergabung sebagai anggota BRICS atau setidaknya menjadi negara rekanan (partner countries) yang belum berstatus keanggotaan penuh. Namun, Kementerian Luar Negeri RI belum memberikan komentar resmi mengenai hal ini.
Indonesia telah mendaftar untuk menjadi anggota BRICS, meskipun prosesnya masih berlangsung. Hingga saat ini, Indonesia belum resmi menjadi anggota BRICS. Keinginan Indonesia untuk bergabung telah dituangkan dalam surat resmi yang dibawa oleh Menlu Sugiono di KTT BRICS+ di Kazan. Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan negara-negara BRICS dan negara Global South lainnya.
Indonesia tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif dan tidak terlibat dalam kubu manapun. Langkah ini sejalan dengan program kerja Kabinet Merah Putih yang fokus pada ketahanan pangan, ketahanan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pembangunan sumber daya manusia. Indonesia juga berkomitmen untuk mengangkat kepentingan negara-negara berkembang di belahan bumi selatan (global south).