Jakarta – Mesir mengajukan tawaran gencatan senjata sementara selama dua hari di Gaza, bertujuan untuk menukar empat sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dengan sejumlah tahanan Palestina. Usulan ini diumumkan oleh Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, sebagai langkah untuk meredakan ketegangan yang telah berlangsung selama setahun terakhir di wilayah tersebut.
Dalam konferensi pers yang diadakan di Kairo bersama Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, Presiden Sisi menekankan pentingnya melanjutkan pembicaraan dalam waktu 10 hari setelah penerapan gencatan senjata sementara. Tujuannya adalah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan di Gaza.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Israel maupun Hamas terkait usulan Mesir ini. Namun, seorang pejabat Palestina yang terlibat dalam upaya mediasi menyatakan pandangannya mengenai pentingnya langkah ini. Negosiasi antara Israel dan Hamas yang selama ini berlangsung di Doha terus diupayakan untuk mencapai gencatan senjata jangka pendek dan pembebasan sandera.
Negosiasi yang berlangsung menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Tujuan utama dari negosiasi ini adalah untuk membuat Israel dan Hamas sepakat menghentikan pertempuran selama kurang dari sebulan, dengan harapan dapat mengarah pada gencatan senjata permanen. Namun, Israel menegaskan bahwa perang tidak akan berakhir sampai Hamas dihapuskan sebagai kekuatan militer dan entitas pemerintahan di Gaza.
Sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, jumlah korban tewas hampir mencapai 43 ribu orang. Sebagian besar korban adalah kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan lansia.