Jakarta – Pada Kamis pagi (31/10), nilai tukar rupiah terpantau berada di level Rp15.714 per dolar AS. Mata uang kebanggaan Nusantara ini mengalami penurunan sebesar 9 poin atau sekitar 0,06 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Fenomena ini tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga mata uang lain di kawasan Asia.
Sejumlah mata uang di Asia menunjukkan tren pelemahan. Peso Filipina, dolar Singapura, baht Thailand, yen Jepang, dan yuan China semuanya mengalami penurunan nilai. Namun, tidak semua mata uang Asia melemah. Won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Hong Kong justru menunjukkan penguatan.
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar keuangan, memberikan pandangannya mengenai pelemahan rupiah. Menurutnya, pelemahan ini dipengaruhi oleh beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang baru saja dirilis. Data tersebut mencakup laporan tenaga kerja versi ADP untuk bulan Oktober dan data produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal III tahun 2024.
Selain faktor ekonomi, Ariston juga menyoroti sentimen lain yang turut menekan nilai tukar rupiah. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah serta potensi kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Berdasarkan analisis dan sentimen yang ada, Ariston memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.650 hingga Rp15.730 per dolar AS pada hari ini.