Jakarta – Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), menyoroti urgensi pemberian insentif bagi kendaraan elektrifikasi jenis hybrid. Meski penjualan mobil hybrid telah menembus angka 40 ribu unit sepanjang tahun ini, Bob berpendapat bahwa insentif serupa dengan yang diberikan kepada mobil listrik full baterai (BEV) tetap diperlukan. Tujuannya adalah agar mobil dengan dua sumber tenaga ini dapat dinikmati oleh lebih banyak kalangan, bukan hanya segelintir orang.
Berdasarkan data Gaikindo dari Januari hingga September 2024, penjualan mobil hybrid mencapai 40.702 unit. Bob mengakui bahwa mobil hybrid laris manis di pasar otomotif Indonesia. Namun, ia menekankan bahwa meskipun penjualan tinggi, mobil hybrid belum mencapai titik ekonomis sebagai produk kendaraan. Menurutnya, mobil hybrid baru dianggap ekonomis jika produksinya mencapai 100 ribu unit per tahun.
Untuk mencapai target produksi tersebut, Bob menekankan perlunya dukungan insentif dari pemerintah dan industri otomotif Indonesia. Selain itu, perusahaan otomotif didorong untuk memproduksi mobil hybrid dengan harga yang lebih terjangkau, khususnya untuk segmen menengah ke bawah. Hal ini penting agar mobil hybrid dapat diakses oleh lebih banyak konsumen dan mendukung pertumbuhan pasar kendaraan elektrifikasi di Indonesia.
Bob juga menjelaskan bahwa ada beberapa komponen penting dalam mobil elektrifikasi yang harus diproduksi di dalam negeri, seperti baterai, VCU (vehicle control unit), motor, dan axle. Produksi komponen lokal ini tidak hanya akan mendukung industri otomotif nasional tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor, sehingga meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Bob optimis bahwa pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo akan lebih memperhatikan pengembangan mobil hybrid yang sudah diproduksi di dalam negeri.